Strategi Manajemen Risiko dari Analis Octa

Simak 5 Strategi Manajemen Risiko dari Analis Octa

Strategi Manajemen Risiko dari Analis Octa Trading tak lepas dari risiko yang di sebabkan oleh faktor ekonomi, bencana alam, dan ketidakstabilan politik. Semua itu dapat berdampak pada pasar finansial dan menyebabkan fluktuasi harga aset seperti saham, obligasi, mata uang, dan lainnya.

Untuk itu, risiko tersebut harus di kelola demi meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan. Adapun manajemen risiko melibatkan berbagai strategi dan teknik.

Sebelum melakukan manajemen risiko, ada beberapa jenis risiko dalam trading yang wajib di ketahui. Sebab semua risiko, apa pun bentuknya, akan berdampak pada harga aset.

Pertama adalah risiko pasar, yakni kemungkinan penurunan nilai investasi yang di sebabkan oleh pergeseran ekonomi yang lebih luas atau peristiwa yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

Selama fenomena “dot-com bubble” pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, risiko pasar terlihat jelas ketika harga saham perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan internet melonjak ke level yang tidak berkelanjutan. Ketika gelembung itu pecah pada 2000, banyak harga saham perusahaan tersebut yang anjlok.

Kemudian risiko kredit, yaitu risiko kemungkinan peminjam gagal membayar pinjaman. Contoh yang bagus adalah krisis subprime mortgage di AS, ketika banyak peminjam gagal membayar pinjaman hipotek mereka. Ini menyebabkan kerugian di pihak pemberi pinjaman dan investor dalam sekuritas yang di jamin dengan hipotik.

Lalu ada risiko likuiditas, yaitu adanya kemungkinan investor tidak dapat membeli atau menjual investasi dengan cepat pada harga yang mencerminkan nilai aktualnya secara akurat. Selama periode volatilitas pasar, seperti pandemi Covid-19 pada 2020, risiko likuiditas menjadi nyata karena investor menghadapi kesulitan dalam menjual aset tertentu dengan cepat tanpa mengalami kerugian besar.

Semua risiko ini dapat berakibat buruk pada trader, karena itulah semua trader harus menerapkan manajemen risiko.

Pentingnya Manajemen Risiko Trading

Manajemen risiko penting untuk semua trader karena beberapa alasan. Katakanlah seorang trader menetapkan aturan untuk tidak mempertaruhkan lebih dari 2% total modalnya pada satu trade.

Walaupun trade itu ternyata merugi, potensi ruginya terbatas dan tidak akan mempengaruhi semua modalnya.

Trader yang sadar risiko juga lebih konsisten. Jika salah satu investasinya ternyata mengalami penurunan, performa investasi yang lain masih bagus. Dia akan menyeimbangkan kerugian dan menjaga keuntungan konsisten secara keseluruhan.

Ada juga manfaat secara psikologis. Misalnya, seorang trader menetapkan rasio risk-reward yang jelas untuk trade-nya. Maka, dia akan menghindari godaan untuk membuka trade yang besar dan berisiko atau mengambil keputusan impulsif yang di dorong oleh emosi seperti rasa takut.

Terakhir, manajemen risiko membantu trader mempertahankan aktivitas trading mereka dalam jangka panjang, bahkan selama volatilitas pasar.

Lima Strategi Manajemen Risiko

Semua trader, dari pemula hingga profesional, cenderung mengikuti strategi yang serupa. Trader pro mungkin menggunakan sistem yang lebih kompleks, tetapi itu pun dapat dipecah menjadi lima metode sederhana ini.

Anda dapat melatih teknik ini dengan Octa, broker global yang menyediakan materi edukasi komprehensif dan platform trading ramah pengguna. Mulailah dengan akun demo untuk mempelajari keterampilan baru dan membangun kepercayaan diri serta bersiap untuk trading real.

1. Ukuran Trade

Aturan pertama manajemen risiko yang baik adalah membuka trade sesuai dengan dana di akun Anda. Jika menggunakan sebagian besar dari modal EUR 1.000 di akun untuk membuka trade EUR 5.000 dengan leverage, risikonya trade akan di tutup karena kekurangan margin.

Akan tetapi, jika hanya menggunakan sedikit dari modal EUR 1.000 di akun untuk membuka trade dengan margin EUR 75, Anda bisa lebih fleksibel dalam mengatur stop loss.

2. Order Stop-Loss

Order stop-loss menutup trade secara otomatis pada level yang telah ditentukan. Contohnya, jika membeli saham di harga US$50 dan mengatur stop loss di US$45, trade akan di tutup ketika harga mencapai US$45 atau lebih rendah.

Ini membantu mengontrol risiko dan menetapkan rasio risk-reward yang dapat di ketahui. Penempatan stop loss yang efektif melibatkan analisis struktur pasar seperti support dan resistance, moving average, atau level Fibonacci, bukan hanya mengatur jarak tetap untuk memasang stop loss.

3. Limit Order

Order take-profit adalah limit order paling umum yang menutup trade untuk mengamankan profit. Jika Anda membeli aset, order ini di pasang di atas harga saat membeli dan jika Anda menjual, maka di pasang di bawahnya.

Katakanlah seorang trader ingin membeli saham, tetapi menganggap bahwa harga US$50 saat ini terlalu tinggi. Dia memasang limit order untuk membeli 100 unit saham jika harga turun ke bawah US$45, yang merupakan target harganya.

Jika nilai saham turun ke US$45 atau lebih rendah, ordernya otomatis dieksekusi. Ini memungkinkan trader membeli aset di harga yang diinginkan tanpa harus memantau pasar secara terus-menerus.

Baca juga: Profesi dengan Gaji Tertinggi di Indonesia

4. Diversifikasi

Diversifikasi berarti menyebarkan investasi di berbagai aset berbeda. Gagasannya adalah bahwa investasi yang berbeda akan bereaksi dengan cara berbeda pula pada peristiwa pasar, dan ini mengurangi risiko portofolio secara keseluruhan.

Di satu sisi, perlu diketahui bahwa diversifikasi mengurangi kemungkinan rugi besar. Di sisi lain, kemungkinan untungnya pun terbatas. Sama seperti stop loss dan limit order, yang penting adalah menjaga keseimbangan antara kehati-hatian dan risiko terukur.

5. Hedging

Hedging adalah strategi untuk melindungi investasi dari kerugian dengan mengambil posisi yang berlawanan atau berkaitan. Terbagi menjadi dua jenis, yakni langsung dan tidak langsung.

Hedging langsung berarti mengambil posisi berlawanan di sekuritas yang sama. Misalnya, jika Anda memiliki saham, Anda bisa short-sell dengan jumlah yang sama.

Sedangkan hedging tidak langsung berarti mengambil posisi di aset yang berkaitan, seperti membeli saham pesaing, untuk melindungi investasi dari penurunan nilai saham perusahaan pertama.

Hedging dengan derivatif umum dilakukan karena koneksinya dengan aset yang mendasari sudah jelas dan mapan.

Baca juga:

Aspek Psikologis Manajemen Risiko

Emosi adalah bagian signifikan dalam manajemen risiko. Aturannya mudah dipahami, tetapi sulit dipatuhi karena emosi (ketakutan, keserakahan, frustrasi, percaya diri berlebihan, panik, penyesalan, dan sebagainya) ikut berperan ketika ada uang yang terlibat.

Otak terprogram untuk bereaksi kuat saat krisis, yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk. Seseorang cenderung bertahan pada pilihan awal, tidak bisa berfokus pada tujuan besarnya, dan terpengaruh oleh opini kelompok.

Akan tetapi, riset menunjukkan bahwa seseorang dapat melatih diri untuk memperbaiki cara menghadapi krisis. Dengan menjaga ketenangan dan fokus, akan dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan mengelola risiko dengan lebih efektif dalam trading.

Berikut beberapa cara manajemen aspek psikologis

-Latihan pernapasan dalam atau istirahat sejenak untuk menjaga ketenangan dan fokus

-Buat ekspektasi yang realistis untuk menghindari pengambilan keputusan yang emosional

-Rutin menulis jurnal untuk memantau keputusan trading dan mengidentifikasi pola yang Anda ulangi

-Hindari eksposur berlebihan pada informasi yang dapat memicu respons emosional, seperti media sosial

-Diskusikan pengalaman dengan sesama trader untuk memperoleh wawasan berharga dan dukungan

Rugi merupakan bagian dari kegiatan trading, bahkan trader kawakan pun pernah mengalami ini. Hanya saja, yang terpenting adalah menjaga agar kerugian itu tetap dalam kisaran yang dapat dikelola.

Intinya, semua orang dapat menerapkan manajemen risiko, terlepas dari level keahliannya.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *