Berkshire Hathaway Pangkas Kepemilikan Saham di Apple: Apa Artinya bagi Pasar dan Investor?
Berkshire Hathaway Pangkas Kepemilikan Saham di Apple, perusahaan investasi yang dipimpin oleh Warren Buffett, telah lama dikenal karena strategi investasinya yang cermat dan konservatif. Namun, keputusan perusahaan ini untuk memangkas kepemilikan sahamnya di Apple baru-baru ini telah menarik perhatian pasar dan investor. Dalam artikel ini, kita akan membahas implikasi dari langkah tersebut dan apa artinya bagi pasar dan investor.
Latar Belakang Penjualan Saham
Berkshire Hathaway telah menjadi salah satu pemegang saham terbesar di Apple selama beberapa tahun terakhir. Namun, dalam pengumuman terbarunya, perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa mereka telah menjual sebagian besar saham Apple mereka. Hal ini mengejutkan banyak pihak, mengingat reputasi Warren Buffett sebagai pendukung investasi jangka panjang.
Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Beli Mobil Listrik
Implikasi bagi Pasar Saham
Langkah Berkshire Hathaway untuk memangkas kepemilikan sahamnya di Apple telah menimbulkan spekulasi dan kekhawatiran di pasar saham. Sebagai salah satu investor terkemuka, tindakan Buffett sering dianggap sebagai indikator sentimen pasar. Penjualan besar-besaran saham Apple oleh Berkshire Hathaway dapat diinterpretasikan sebagai sinyal bahwa pasar mungkin melihat potensi risiko di masa depan, baik terkait dengan Apple maupun dengan pasar secara keseluruhan.
Analisis Strategis
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi alasan di balik keputusan Berkshire Hathaway untuk memangkas kepemilikan saham Apple. Pertama, mungkin ada kekhawatiran terkait dengan valuasi saham Apple yang sudah tinggi. Meskipun Apple telah menjadi salah satu perusahaan terbesar dan paling berharga di dunia, ada kemungkinan bahwa harga sahamnya telah melebihi valuasi yang rasional, menurut pandangan Buffett.
Selain itu, perubahan dalam strategi investasi Berkshire Hathaway juga dapat mempengaruhi keputusan ini. Buffett dikenal karena kecenderungannya untuk menghindari teknologi dan saham berbasis pertumbuhan yang tidak sesuai dengan pendekatan investasinya yang lebih tradisional. Mungkin ada dorongan untuk menyeimbangkan portofolio dengan memangkas posisi dalam saham teknologi seperti Apple dan meningkatkan eksposur terhadap sektor lain yang lebih konservatif dan stabil.
Dampak bagi Investor
Bagi investor individu yang memiliki saham Apple, langkah Berkshire Hathaway ini mungkin menimbulkan kekhawatiran. Penjualan saham oleh salah satu investor terbesar dapat menyebabkan tekanan jual tambahan dan penurunan harga saham dalam jangka pendek. Namun, penting untuk diingat bahwa keputusan investasi Berkshire Hathaway tidak selalu mencerminkan kondisi fundamental perusahaan yang bersangkutan.
Untuk investor jangka panjang, penting untuk melakukan penelitian yang cermat dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental ketika membuat keputusan investasi. Meskipun langkah Berkshire Hathaway dapat memengaruhi sentimen pasar, keputusan investasi harus didasarkan pada analisis yang menyeluruh tentang prospek jangka panjang perusahaan yang bersangkutan.
Warren Buffett Puji Apple
Pada pertemuan tahunan, Buffett terus memuji Apple. Ia mengatakan, “sangat mungkin” Apple akan tetap menjadi perusahaan induk terbesar di Berkshire pada akhir 2024.
Saham Apple mendapat dorongan besar dalam sepekan terakhir setelah perusahaan tersebut mengumumkan dewan direksi telah mengizinkan pembelian kembali saham senilai USD 110 miliar, yang terbesar dalam sejarah perusahaan. Namun, Apple mencatat penurunan penjualan secara keseluruhan dan penjualan iPhone. Sahamnya telah turun lebih dari 4% sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran tentang bagaimana hal tersebut akan menghidupkan kembali pertumbuhan.
Bahkan dengan penjualan tersebut, Berkshire masih menjadi pemegang saham terbesar Apple di luar penyedia dana yang diperdagangkan di bursa atau exchange trade fund (ETF).
Harga Saham Apple Melonjak Usai Umumkan Buyback Senilai Rp 1.770 Triliun
Sebelumnya, harga saham Apple melonjak 7 persen usai perdagangan pada Kamis, 2 Mei 2024. Penguatan saham Apple usai melaporkan kinerja keuangan kuartal II untuk tahun fiskal yang melampaui perkiraan.
Selain itu, Apple juga mengumumkan program pembelian kembali atau buyback saham. Apple telah mendapatkan persetujuan dari dewan untuk buyback saham senilai USD 110 miliar atau sekitar Rp 1.770 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.095).
Jumlah buyback saham itu naik 22 persen dibandingkan tahun lalu senilai USD 90 miliar. Demikian mengutip CNBC, Jumat (3/5/2024).
Berdasarkan data dari Birinyi Associates, ini merupakan pembelian kembali terbesar dalam sejarah, melampaui buyback saham Apple sebelumnya.
Akan tetapi, penjualan Apple turun 4 persen secara keseluruhan. Penjualan iPhone susut 10 persen year over year selama kuartal tersebut. Apple menilai hal itu sulit untuk dibandingkan tahun lalu.
Berikut kinerja keuangan Apple dengan perkiraan konsensus dari LSEG untuk laporan keuangan kuartalan yang berakhir 30 Maret 2024:
- EPS: USD 1,53 vs USD 1,50 (prediksi)
- Pendapatan: USD 90,75 miliar vs USD 90,01 miliar (prediksi)
- Pendapatan iPhone: USD 45,96 miliar vs USD 46 miliar (prediksi)
- Pendapatan Mac: USD 7,5 miliar vs USD 6,86 miliar (prediksi)
- Pendapatan iPad: USD 5,6 miliar vs USD 5,91 miliar (prediksi)
- Pendapatan produk lainnya: USD 7,9 miliar vs USD 8,08 miliar (prediksi)
- Pendapatan jasa: USD 23,9 miliar vs USD 23,27 miliar (prediksi)
- Margin kotor: 46,5 persen vs 46,6 persen (prediksi)
Adapun Apple tidak menyediakan panduan secara formal. Namun, CEO Apple Tim Cook menuturkan, penjualan keseluruhan akan tumbuh “low single digit” hingga Juni.
Apple mencatat pendapatan USD 81,18 miliar hingga akhir Juni dan analis LSEG prediksi USD 83,23 miliar.
Kinerja Apple
Saat pembicaraan dengan analis, Direktur Keuangan Apple, Luca Maestri menuturkan, Apple prediksi kuartal ini akan catat pertumbuhan penjualan iPad dua digit year over year. Ia menuturkan, divisi layanan akan terus tumbuh pada tingkat tertinggi yang dicapai selama dua kuartal terakhir.
Adapun Apple melaporkan laba bersih USD 23,64 miliar atau USD 1,53 per saham, turun 2 persen dari USD 24,16 miliar atau USD 1,52 per saham pada periode sama tahun sebelumnya.
Kepada CNBC, Cook menuturkan, penjualan pada kuartal kedua tahun fiskal mengalami perbandingan yang sulit dengan periode tahun sebelumnya, saat perusahaan merealisasikan penjualan iPhone 14 yang tertunda senilai USD 5 miliar karena masalah pasokan imbas COVID-19.
Apple menuturkan, penjualan iPhone turun hampir 10 persen menjadi USD 45,96 miliar, menunjukkan lemahnya permintaan untuk ponsel pintar generasi saat ini yang di rilis pada September. Penjualan itu sejalan dengan perkiraan analis. Cook menuturkan, tanpa peningkatan penjualan tahun lalu, pendapatan iPhone akan mendatar.
Penjualan Mac naik 4 persen menjadi USD 7,45 miliar, tetapi angka itu masih di bawah angka tertinggi segmen yang di tetapkan pada 2022. Cook menuturkan, penjualan di dorong oleh model MacBook Air baru yang di rilis dengan chip M3 yang di tingkatkan pada Maret.
Selain itu, produk Apple Watch dan headphone AirPods juga turun 10 persen year over year menjadi USD 7,9 miliar.